Tuesday, November 27, 2012

Jaga Aqidah


فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفاً فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِى فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا

 لاَ تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَـكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَ يَعْلَمُونَ 


Ar Rum 30: 30 Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.


Para mufassir, termasuk Ibnu Abbas ketika mengartikan ‘laa tabdiyla li khalqillah’ mereka sepakat bahwa maknanya adalah ‘tidak dapat diganti agama Allah yang fitrah itu dengan apapun’. Karena itulah agama yang lurus, yang diciptakan Allah untuk manusia sesuai dengan kodratnya, itulah alfitratal Islam.

Sungguh tak akan cukup sujud dan syukur yang mampu kita hadiratkan kepada Allah karena telah memasukan kita ke dalam agama fitrah ini tanpa susah payah ketika sebagian saudara-saudara kita mendapatkannya melalui jalan terjal berliku dan sebagian besar manusia lain belum lagi diberi petunjuk oleh Nya. Sebagaimana suatu hadiah yang berharga, sudah selayaknyalah kita menjaga nikmat Allah yang sangat istemewa ini.

Kalau pada masa lampau ancaman terhadap aqidah tauhid kita datang dalam bentuk berhala-berhala batu, pohon-pohon beringin, atau kuburan-kuburan orang shaleh. Hari ini aqidah kita direcoki dengan taghut-taghut baru yang hadir dalam bentuk paham-paham atau isme-isme yang mempunyai nama-nama yang kedengaran penuh dengan kebenaran dan didefinisi dengan kata-kata yang terbalut indah. Akan tetapi ajaran-ajaran ini jauh dari syariat yang sudah ditetapkan Allah untuk manusia berdasarkan fitrahnya. Diantaranya, sebut saja demokrasi, free of speech atau kekebasan berbicara, toleransi, liberalism, human rights atau hak azasi manusia, teori kebenaran relative, pluralism, emansipasi wanita dan sebagainya dsb.

Kita dan anak-anak kita direcoki dengan paham-paham ini setiap hari dengan segala cara termasuk melalui media televisi, suratkabar dan internet. Ini yang disebut ghazwul fikr. Sehingga pikiran kita mulai mengatakan bahwa ini adalah suatu yang bagus untuk diambil dan diterapkan dalam kehidupan kita tanpa sadar bahwa ini bertentangan dengan fitrah kita dan meracuni aqidah kita. Perlahan kita digiring untuk menerima bahwa ini lebih baik dari nilai-nilai Islam, akibatnya kita lihat orang yang masih mengaku muslim tetapi tidak saja meninggalkan nilai-nilai ajaran Islam itu sendiri, malah ikut memerangi ajaran agama fitrah yang hanif ini.

Lihat paham Pluralisme yang begitu kuat dikampanyekan oleh penganjurnya di Indonesia. Melalui paham ini saudara-saudara kita digiring untuk menerima bahwa semua agama itu benar hanya caranya saja yang berbeda. Walaupun ini kedengarannya tidak berbahaya, tetapi begitu kita menerima pemikiran ini, pada saat itu pokok-pokok dasar atau aqidah menjadi rusak (innaddiina ‘indallahil islaam).

Dan kalau kita lihat tokoh-tokoh utama penganjur Pluralisme ini, sebagian besar dari mereka adalah orang-orang yang mengaku muslim. Tetapi mereka patut mempertanyakan diri mereka sendiri, bagaimana mungkin mereka mengaku beragama Islam sementara mereka tidak hanya menerima tapi ikut menyerang ‘the very core value’ ajaran Islam itu sendiri.

Alasan jamak mereka adalah toleransi. Tapi apakah toleransi harus mengorbankan Aqidah? Bukankah dengan tanpa mengorbankan aqidah pun sejarah membuktikan umat Muslim bisa menghormati dan toleran terhadap penganut ajaran agama lain?

Ketahuilah saudara-saudaraku, tujuan akhir mereka itu bukan toleransi, tapi menjauhkan kita dari ajaran agama kita sendiri. Inilah yang diperingatkan Allah kepada kita:


يأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُواْ إِن تُطِيعُواْ فَرِيقاً مِّنَ الَّذِينَ أُوتُواْ الْكِتَـبَ يَرُدُّوكُم بَعْدَ إِيمَـنِكُمْ كَـفِرِينَ 


Al Imran 3:100. Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orang yang diberi Al Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman.

Demikianlah Allah memperingatkan hambaNya yang beriman agar tidak mengikuti kaum Ahlul Kitab: Yahudi dan Nasrani. Memang kalau kita amati secara seksama akan terbukti peringatan Allah. Semua isme-isme baru yang menyerang dan menggerogoki aqidah Islam umat ini berasal dari pemikiran-pemikiran Yahudi dan Nasrani. Pemikiran-pemikiran ini disebarkan melalui media massa, pusat-pusat studi dan mensponsori anak-anak kita untuk mempelajari pemikiran itu di universitas-universitas terkenal didunia sehingga ketika mereka pulang dengan gelar master atau doctor, mereka sudah diracuni pemikiran ini dan menjadi agen penyebar pemikiran ini kepada khalayak yang naïf.

Mengapa begitu banyak waktu, usaha dan tenaga yang mereka curahkan untuk menyebar pemikiran ini? Apakah semata untuk mempromosikan toleransi sebagaimana yang mereka senantiasa suarakan? Naif sekali kalau kita juga beranggapan demikian.

Allah SWT berfirman:



وَدَّ كَثِيرٌ مِّنْ أَهْلِ الْكِتَـبِ لَوْ يَرُدُّونَكُم مِن بَعْدِ إِيمَـنِكُمْ كُفَّارًا

 حَسَدًا مِّنْ عِنْدِ أَنْفُسِهِمْ مِّن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ


Al Baqarah 2:109 Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran.


Allah sudah memilih kita dan anak-anak kita terlahir dan menerima agama yang sesuai dengan fitrah ini. Sungguh nikmat Iman dan Islam yang Allah hadiahkan kepada adalah nikmat yang patut kita syukuri dan pertahankan.

Musuh-musuh kita karena kedengkian mereka, sangat ini sekali melihat kita dan anak-anak kita menjauh dan akhirnya kehilangan hadiah Allah yang sangat berharga ini. 

مَّا يَوَدُّ الَّذِينَ كَفَرُواْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَـبِ وَلاَ الْمُشْرِكِينَ أَن يُنَزَّلَ عَلَيْكُم


 مِّنْ خَيْرٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَاللَّهُ يَخْتَصُّ بِرَحْمَتِهِ مَن يَشَآءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ 


Al Baqarah 2: 105. Orang-orang kafir dari Ahli Kitab dan orang-orang musyrik tiada menginginkan diturunkannya sesuatu kebaikan kepadamu dari Tuhanmu. Dan Allah menentukan siapa yang dikehendaki-Nya (untuk diberi) rahmat-Nya (kenabian); dan Allah mempunyai karunia yang besar. 


Sadarlah wahai saudaraku. Hidayah Islam dari Allah yang kebanyakan kita dapatkan secara mudah karena kita terlahir dalam keluarga dan besar dalam lingkungan Muslim adalah karunia dan hadiah yang sangat berharga sekali. Jagalah karunia itu; jangan sampai rusak, jangan sampai hilang.


Aquluu qauli

No comments: