Thursday, January 10, 2008

Diskusi Bid'ah

Tanya:
Pak Ed, terima kasih. Sayapun terus terang tidak mau terperosok kesesuatu yang salah. Makanya saya tanya. Inti keingintahuan saya sebenarnya sederhana, "ibadah apa sajakah" yang masuk dalam boundary harus ada tuntunan atau dicontohkan Rasul? Sedangkan banyak sekali yang menurut saya innovasi tapi tidak diperdepatkan, seperti Zakat.
Wassalam,
Abdullah

Jawab:

Pak Abdullah,
Kalau Rasulullah hidup pada zaman orang memakai mobil atau naik kereta ke mesjid, saya yakin Rasulullah akan naik mobil atau naik kereta. Seandainya pada saat itu Rasulullah hidup di daerah yang multicultural dan banyak orang yang tidak mengerti bahasa Arab, beliau SAW akan memakai bahasa yang yang akan digunakan oleh mayoritas penduduk daerah itu, kalau beliau bisa, dalam menyampaikan dakwah, termasuk dalam khutbah, wallahu 'alam.

Tetapi saat Rasulullah masih hidup, beliau mengalami dan melihat, contohnya:
1. Orang-orang meninggal, termasuk orang-orang yang dikasihi beliau seperti keluarga dan sahabat. Kalau beliau SAW mengetahui ada cara yang lebih baik dalam menyelenggarakan jenazah, dan memberi kebaikan kepada orang-orang yang dicintai beliau itu di alam kubur, mengapa beliau tidak melakukannya? Mengapa beliau SAW tidak mensyariatkan tahlilan atau membaca surah Yasin?

2. Pada saat beliau hidup, beliau tidak hanya melihat, bahkan mengalami dan menjalani sendiri peristiwa kelahiran, hijrah, isra' mi'raj, perang Badr dll. Apakah ada hadits Rasulullah, atau riwayat para sahabat dan generasi sesudah sahabat merayakan Maulud nabi, isra' mi'raj, tahun baru, perang Badr, dll? Kalau betul ini adalah media dakwah yang sesuai dengan ajaran Islam, mengapa Rasulullah tidak mencontohkannya, wa khairal hadyi hadyu Muhammadin shalallahi 'alaihi wassalam. Toh pada saat itu Rasulullah juga menghadapi orang yang jauh lebih 'challenging' , ada yang keras kepala, ada yang munafik, ada yang bodoh, ada yang diperbodoh, ada yang asal mengikut saja, pendeknya dinamika masyarakat pada waktu itu sama saja dengan apa yang kita hadapi sekarang. Rasullullah justru mensyariatkan kita merayakan dua Ied tambah Tashrik.

3. Pada saat beliau SAW hidup, ada orang yang suka minum tuak, apakah Rasulullah juga minum tuak? Ada orang yang suka musik, apakah beliau ikut main musik dan bernyanyi dalam berdakwah?

Garis merahnya itu sudah sangat jelas. Jangan digeser-geser dan mencari alasan-alasan untuk membenarkannya. Sekali kita menggesernya, itu tidak akan berhenti disana saja. Kita akan terus menggeser batasannya, sehingga agama ini pelan-pelan akan mengabur dan mati dengan sendirinya.

Saya berdoa kepada Allah semoga bahasa yang saya gunakan dalam penjelasan saya ini bisa diterima dan dimengerti. Saya tidak masuk pada kelompok apapun. Saya tidak menyerang atau menistakan kelompok apapun. Saya tidak merasa paling benar, apalagi mahabenar (a'udzubillah min dzalik 3x).

Kepada saudara-saudara yang melaksanakan peringatan tahun baru Islam, walaupun saya tidak setuju, saya dengan ikhlas mendoakan, semoga Allah menerima itu sebagai suatu amalan bagi yang mempercayai dan melaksanakannya. Amin.

Muhammed Edwars
(Pribadi, tidak atas nama IMCV, masjid Westall atau organisasi apapun)

2 comments:

Baihaqi said...

Kompilasi diskusi bid'ah dari Era Muslim:

http://feeds.feedburner.com/ibaihaqi/bidah

umamzone said...

menurut saya acara seperti tahlil,40 hari dll.lebih cenderung sebagai sebuah tradisi yg sifatnya antara etis dan tidak etis.bukan sebuah syariat yg bersifat kewajiban atau larangan.kalau kita menganggapnya sebagai suatu syariat ya jelas salah.tapi kalau memandangnya sebagai suatu tradisi masyarakat ya berarti bukan bid'ah.apalagi hal tsb mengarahkan kepada silaturrahmi dan kepada kebaikan.bukankah kalo kita menciptakan tradisi baik,maka kita akan mendpt pahalanya sampai kiyamat.maaf sy tdk bgtu faham agama.tapi bgtulah pndpt saya.semoga saling memberi manfaat.