Segala puji dan syukur hanya kepada Allah yang memerintahkan kita untuk mengikuti ajaran yang telah diwahyukan kepada Rasulullah dan menjauhi temuan-temuan baru dalam beragama. Mari kita bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang patut disembah kecuali Allah yang Esa dan bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya yang diutus untuk dipatuhi dan diikuti. Shalawat dan salam kita doakan kepada Allah untuk nabi Muhammad SAW, keluarga dan keturunannya, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya.
Pada khutbah di hajjatul wada, Rasulullah berpesan,
“Wahai manusia, pahami kata-kataku ini karena aku telah menyampaikan (risalah). Aku tinggalkan kalian dengan dua pusaka, dan kalau kamu berpegang kepada keduanya, kamu tidak akan pernah tersesat, karena keduanya sangat jelas dan lugas; kitabullah dan sunnah rasulNya.”
Pada hari itu juga turun wahyu penutup,
Al yauma akmaltulakum diinukum, wa atmamtu ‘alaikum ni’ matii, waradhitulakumul islaama diina (Al Maidah 3)
Yang artinya: Pada hari ini Aku sempurnakan agamamu, Aku cukupkan nikmatku untukmu, dan Aku ridho Islam menjadi agamamu.
Dalam surah al An’am 153, Allah ‘azza wa jalla berfirman,
Wa anna haa dzaa shiraa thii mustaqiiman fattabi ‘uh, wa laa tattabi ‘uus subula fatafarraqa bikum ‘ansabiilih, dzaa likum wasshakum bihii la ‘allakum tattaquun.
Artinya; Dan bahwa ini adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan yang lain, karena jalan-jalan itu akan mencerai-beraikan kamu dari jalan Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepada mu agar kamu bertakwa.
Inilah dasar mengapa setiap ibadah yang tidak ada dasarnya dalam agama dan tidak punya sumber dalam Qur’an dan Sunnah adalah amalan bid’ah dan bagian dari ‘jalan-jalan yang lain’ yang menyimpang dari jalan lurus Allah. Rasulullah SAW bersabda’
"Whoever performs a deed that does not conform to our matter (religion), then it is rejected."
Dalam hadits yang lain, Rasulullah bersabda’
"Whoever invents in our matter (religion) what is not a part of it, then it (the innovation) is rejected."
Imam Ahmad meriwayatkan bahwa Rasulullah berkata,
"Whenever people invent a Bid'ah, Allah removes from them a Sunnah in its place."
Ada banyak bahaya bid’ah. Salah satunya adalah setiap bid’ah yang ditemukan, bid’ah itu menggantikan satu sunnah. Kita yang tidak menyadari bahaya ini, menurut hadits diatas, kita secara pelan-pelan membunuh agama ini dengan mencabut sunnah-sunnah untuk setiap bid’ah yang kita buat-buat tanpa dasar dari kedua pusaka yang ditinggalkan oleh Rasulullah. Banyak ulama kita atau yang mengaku dirinya ulama, lebih mendedikasikan waktu, usaha dan pemikirannya untuk kelangsungan bid’ah-bid’ah itu, secara sadar atau tidak sadar, telah menghancurkan agama dan umat yang telah menaruh pepercayaan kepada mereka. Sadarlah bahwa syaitan membuat bid’ah itu kelihatan sangat indah dan appealing di mata dan di hati kita, karena ia ingin kita jauh dari agama Allah.
Bahaya selanjutnya adalah orang menemukan bid’ah karena dia berpikir bahwa agama ini masih belum sempurna sehingga ia berusaha menyempurnakannya dengan penemuan-penemuan barunya. Biasanya orang ini belum melaksanakan sunnah-sunnah dan tidak memiliki kekuatan dan kemauan untuk mengamalkannya, walaupun mereka punya energi, waktu dan kesanggupan untuk melaksanakan bid’ah.
Selanjutnya, hal-hal baru dalam beragama membangkitkan kembali amalan-amalan jahiliyah dalam kehidupan manusia dimana manusia hidup tercerai berai dan saling hujat menghujat. Setiap kelompok merasa apa yang mereka miliki lebih baik daripada kelompok lain.
Sebagaimana Allah menggambarkan,
"Each group rejoicing in what is with it (as its beliefs)." (23:53)
Sunnah, di lain pihak, mempersatukan umat, menyatukan hati mereka dan membuat mereka saudara yang saling mencintai satu sama lainnya, mengikuti satu jalan dan memeluk satu agama.
"And hold fast, all of you together, to the Rope of Allah (i.e., this Qur'an), and be not divided among yourselves." (3: 1 03)
Diantara keburukan bid’ah, bahwa ia secara langsung menolak kebernaran, terutama ketika penemunya diajak mengerjakan kebenaran itu. Dia akan bertahan dan mempertahankan bidah itu dengan cara apapun. Termasuk dengan menghujat orang yang mengajak mereka terhadap kebenaran itu walaupun orang itu hanya menyampai apa yang benar. Yang mereka lakukan adalah mempertahankan kesesatannya, mencari dalih-dalih yang bisa mempertahankan ke-bid’ah-an mereka walaupun itu tidak ada dasarnya dari kedua sumber yang menjadi pegangan utama kita umat Islam.
Bid’ah menghancurkan agama yang haq, sebagaimana syaitan dari kaum jin dan manusia menginginkan, terutama dari kaum kafir dan munafik. Musuh agama ini mencoba merusak agama ini dengan berbagai cara dan senjata mereka yang paling ampuh adalah bid’ah! Mereka lakukan ini untuk mendistorsi dan merusak imej agama Islam dan menutup-nutupi esensi hakiki dari agama yang benar. Sebagai tambahan dari ini adalah, para penemu-penemu bid’ah ini akan memperoleh keuntungan material atau ketenaran dari praktek-praktek bid’ah ini.
Perkembangan teknologi seperti internet dan mobilitas umat yang tinggi turut membantu perkembangan bid’ah ini. Dan jangan lupa juga peranan ulama yang sengaja dirasuki nilai-nilai asing dan kebablasan dalam mempraktekan nilai-nilai itu dalam hal-hal ibadah yang sudah baku dalam Islam. Itulah sebabnya mengapa khatib pada setiap khutbah Jumat selalu mengingatkan kita,
Fa inna khairal hadiitsi kitabullah, wa khairal had yi had yu Muhammadin shalallah ‘alaihi wassaalam, wa syarrul umuuri muhdatsa tuha, wa kulla muhdatsatin bid’ah. Wa kulla bid’atin dha laalah, Wakulla dhalalatin finnaar!
Sebaik-baiknya topic pembicaraan adalah yang dari kitab Allah, sebaik-baiknya petunjuk adalah petunjuk Muhammad SAW, seburuk-buruknya masalah adalah penemuan hal-hal baru dalam beragama, setiap hal-hal yang baru adalah bid’ah, dan setiap bid’ah itu adalah sesat, dan setiap yang sesat itu tempatnya di neraka.
A’udzubillah min dzalik!
Peringatan maulud nabi, peringatan tahun baru dan peringatan-peringatan ‘keagamaan’ lain adalah bentuk bid’ah-bid’ah baru. Rasulullah SAW, para sahabat, generasi sesudah mereka tidak merayakan peristiwa-peristiwa ini walaupun mereka lebih tahu mengenai masalah ini. Ini adalah temuan yang dilakukan oleh generasi-generasi sesudah para tabiin meniru apa yang dilakukan oleh kaum Nasrani. Jangan kaget sebenarnya ini sudah diperkirakan oleh Nabi SAW,
“Kalian akan mengikuti amalan-amalan dari orang orang sebelum kamu (Yahudi dan Nasrani), selangkah demi selangkah, sedemikian rupa sehingga ketika mereka masuk sarang cicak, kalianpun mengikuti mereka!”
Sangat mencengangkan dan mengherankan kalau kita mengamati energi dan dedikasi yang dilakukan oleh para penganjur bid’ah. Seandainya mereka mencurahkan energi dan dedikasi yang sama untuk menegakkan sunnah. Memang syaitan membuat mata dan hati kita mudah terpesona dengan bid’ah dan menanamkan kesombongan dan keangkuhan dalam hati kita. Ketika orang mengingatkan kita akan bid’ah dan bahayanya , hati kita mengeras. Daripada mendengarkan apa yang dikatakannya, kita melihat siapa yang mengatakannya. Mencari alasan untuk membenarkan bid’ah dan menyerang si pemberi peringatan.
Ibnu Mas’ud RA, ketika beliau menjadi gubernur Kufah, mendengar kalau sekelompok orang berkumpul di sudut masjid mengelilingi Amr bin ‘Utbah, berdzikir bersama-sama dengan menggunakan batu kerikil untuk membantu mereka berzikir sampai hitungan seratus. Ibnu Mas’ud menyamar dan menghadiri majlis itu dan melihat sendiri apa yang mereka lakukan. Setelah melihat apa yang terjadi, beliau RA membuka samarannya dan berkata’ “Apakah kalian sudah memiliki pengetahuan lebih dari para sahabat Rasulullah atau telah menemukan bid’ah yang dzalim dan melampaui batas.” Ketika Amr bin ‘Utbah membantah kedua tuduhan tadi dan mengatakan bahwa mereka hanya sedang berdzikir mengingat Allah, Ibnu Mas’ud berkata, “Tidak, kalian sedang melakukan bid’ah!”
Ya Allah, tunjukan kepada kami bahwa yang benar itu benar dan beri kami kemudahan untuk mengikutinya, dan tunjukan kepada kami yang buruk itu sebagai suatu yang buruk dan beri kami kemudahan untuk menghindarinya, amin.
Qul inkuntum tuhibbuunallah fattabi ‘uunii yuhbibkumullahu wayagh firlakum, wallahu ghafururrahiim. Qul athi ‘ullaha warrasuul, faintawallaw fainnallaha laa yuhibbul kaafiriin (Ali ‘Imran 31-32)
Artinya; Katakanlah, ‘Jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.’ Dan Allah Maha Pengampun lagi maha Penyayang. Katakanlah, ‘ Taatlah kepada Allah dan rasulNya; kalau kamu berpaling sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang kafir.
Semoga uraian diatas bermanfaat dan bisa menjadi pemikiran bagi kita bersama. Sebagai orang yang diberi sedikit pengetahuan oleh Allah, saya berkewajiban untuk menyampaikan dan menyanggah apa yang saya pikir tidak benar. Sebagai orang yang dipercaya oleh masyarakat saya mencoba mangatakan yang benar walau itu pahit, karena tanggung jawab moral saya terhadap yang sudah memberi kepercayaan kepada saya dan yang terutama tanggung jawab saya kepada Allah. Ini ijtihad terbaik saya setelah beberapa hari ini membelajarkan diri. Saya mohon perlindungan dan ampunan dari Allah kalau dalam menyampaikan ini ada niat ria dan sombong. Saya juga mohon ampun dari Allah kalau apa-apa yang saya sampaikan ini tidak benar.
Melbourne January 9, 2008
No comments:
Post a Comment